Selasa, 17 Mei 2011

Tulisan Perekonomian Indonesia Ke-2

KONTRIBUSI UMKM TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

            Peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional pada tahun 2007, menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.121,31 triliun atau 53,60 persen dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp 335,09 triliun atau 18,76 persen dibanding tahun 2006. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp 1.496,25 triliun atau 37,81 persen dan UM sebesar Rp 625,06 triliun atau 15,79 persen, selebihnya UB yaitu Rp 1.836,09 triliun atau 46,40 persen.
            Peran UKM terhadap pembentukan total nilai ekspor nasional tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp 20,51 triliun atau 16,77 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 142,82 triliun atau 16,03 persen dari total nilai ekspor nasional. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp 35,51 triliun atau 3,99 persen dan UM sebesar Rp 107,31 triliun atau 12,05 persen, selebihnya adalah UB.
            Pada tahun 2007, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 91.752.318 orang atau 97,33 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, jumlah ini meningkat sebesar 2,46 persen atau 2.204.556 orang dibanding tahun 2006. Kontribusi UK tercatat sebanyak 87.032.313 orang atau 92,32 persen dan UM sebanyak 4.720.005 orang atau 5,01 persen.
            Pada tahun 2007, peran UKM terhadap pembentukan investasi nasional mengalami peningkatan sebasar Rp 91,39 triliun atau 24,66 persen menjadi Rp 462,01 triliun. Kontribusi UK tercatat sebesar Rp 204,81 triliun atau 20,82 persen, sedangkan UM sebesar Rp 257,20 triliun atau 26,14 persen dan selebihnya adalah UB.
Pengalaman Indonesia selama tiga puluh tahun kebelakang terutama pada tujuh tahun terakhir, memberikan informasi dan sekaligus pelajaran berharga bagi kita, bahwa pada masa lalu runtuhnya perekonomian Indonesia ternyata sebagai akibat dari kekurang mampuan pengambil keputusan di pemerintahan Indonesia saat itu dalam merespon berbagai isu kritis. Pada saat itu perekonomian Indonesia hanya bertumpu pada beberapa usaha skala besar (konglomerat). Oleh karena itu, respon yang cepat dan tepat terutama oleh pihak pemerintah terhadap isu kritis yang selalu menghantui kegiatan perekonomian tersebut, akan sangat bermanfaat bagi kemungkinan ketahanan dan sekaligus keamanan perekonomian Indonesia di masa mendatan. [Suhendar Sulaeman, 2004]
            Kebijakan pemerintah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada kegiatan usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk dapat maju dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya, merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi ketahanan dan keamanan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Ini artinya bahwa UMKM harus dapat tumbuh dengan baik, sehingga masalah mengenai pengangguran, rendahnya minat investasi dan ekonomi biaya tinggi dapat berkurang secara nyata.

Sabtu, 14 Mei 2011

Tulisan Perekonomian Indonesia Ke-1

PERKEMBANGAN KARTU PLASTIK DI INDONESIA

     Kartu plastik adalah kartu yang diterbitkan oleh bank atau perusahaan tertentu yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran atas transaksi barang atau jasa atau juga dapat menjamin keabsahan cek yang dikeluarkan di samping untuk melakukan penarikan uang tunai.
     Penggunaan kartu plastik di Indonesia dapat dikatakan masih ralatif baru, namun sudah sangat luas digunakan sebagai instrumen pembayaran sejak memasuki dekade 1980-an. Terutama setelah deregulasi 20 Desember 1988 dimana bisnis kartu kredit ini digolongkan sebagai kelompok usaha jasa pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988. Citibank dan Bank Duta (merger dengan Bank Danamon) dapat dikatakan sebagai bank yang cukup berperan dalam memelopori pengembangan atau pemasyarakatan penggunaan kartu plastik di Indonesia dengan menerbitkan Visa dan Master Card kemudian diikuti oleh beberapa bank yang bertindak sebagai penerbit atau pengelola kartu plastik tersebut. Jenis kartu plastik yang telah beredar dan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran saat ini di Indonesia disamping Visa dan Master Card adalah Amex Card, International Diners, BCA Card, Procard, Exim Card, Duta Card, Kassa Card dan beberapa kartu lainnya yang diterbitkan oleh bank-bank. Umumnya kartu plastik tersebut dikeluarkan oleh bank-bank umum dan perusahaan pembiayaan. Penerbitan kartu plastik oleh bank harus melalui prosedur yang diatur oleh Bank Indonesia. Sedangkan izin penerbitan kartu plastik oleh perusahaan pembiayaan diberikan Departemen Keuangan, misalnya Diners Card oleh PT Diners Jaya Indonesia Internasional dan Kassa Card oleh PT Kassa Multi Finance.

Minggu, 08 Mei 2011

Tugas Perekonomian Indonesia Minggu Ke-13

Nama   : Rachmatia Yudha Ningsih
NPM   : 29210317
Kelas   : 1EB18

UTANG LUAR NEGERI INDONESIA

Bank Indonesia (BI) mengatakan bahwa utang luar negeri Indonesia per Maret 2010 mencapai 180,7 miliar dolar AS atau naik sekitar 2 miliar dolar dibanding per Februari senilai 178,5 miliar dolar AS. Utang tersebut terdiri dari:
·      Pinjaman pemerintah sebesar 95,1 miliar dolar AS.
·      Bank Indonesia (BI) sebesar 10,5 miliar dolar AS.
·      Swasta sebesar 75,1 miliar dolar AS.
o  Utang bank mencapai 10,2 miliar dolar AS.
o  Utang non bank senilai 64,9 miliar dolar AS.
Utang swasta tidak mengalami perubahan dengan Februari yang masih tetap di angka Rp75,1 miliar dolar, sedangkan utang pemerintah BI per Februari 103,4 miliar dolar AS dan Maret 2010 menjadi 105,6 miliar dolar AS.
Berdasarkan data kementerian keuangan rasio utang terhadap GDP per 2009 sebesar 29-30 persen dan pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 30 persen.
Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti AS 87 persen dan pada 2010 diperkirakan 99,30 persen, sedangkan Jepang saja pada 2009 rasio utangnya sebesar 216,50 persen dan 2010 diperkirakan 223,40 persen.
Daftar Negara/Lembaga Kreditor Utang Luar Negeri terbesar Indonesia
1.    Jepang
45,5% atau 29.8 miliar USD* atau Rp 358 triliun
2.    ADB (Asian Development Bank)
16,4% atau 10.8 miliar USD atau Rp 129 triliun
3.    World Bank (Bank Dunia)
13.6% atau 8.9 miliar USD atau Rp 107 triliun
4.    Jerman
4.7% atau 3.1 miliar USD atau Rp 37 triliun
5.    Amerika Serikat
3.7% atau 2.3 miliar USD atau Rp 28 triliun
6.    Inggris
1.7% atau 1.1 miliar USD atau Rp 13 triliun
7.    Negara/lembaga lain
14.6% atau 9.6 miliar USD atau Rp 115 triliun

Data Utang Luar Negeri Indonesia (2001-2009** )
·      2001 :  58,791 miliar USD
Tambahan Utang (5,51 miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (4,24 miliar USD)
·      2002 :  63,763 miliar USD
Tambahan Utang (5,65 miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (4,57 miliar USD)
·      2003 :  68,914 miliar USD
Tambahan Utang (5,22  miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (4.96 miliar USD)
·      2004 :  68,575 miliar USD
Tambahan Utang (2,60 miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (5,22 miliar USD)
·      2005 :  63,094 miliar USD
Tambahan Utang (5,54  miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (5,63 miliar USD)
·      2006 :  62,02 miliar USD
Tambahan Utang (3,66  miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (5,79 miliar USD)
·      2007 :  62,25 miliar USD
Tambahan Utang (4.01 miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (6,32 miliar USD)
·      2008 :  65,446 miliar USD
Tambahan Utang (3,89  miliar USD), Cicilan Utang + Bunga (5,87 miliar USD)
·      2009 : 65,7 miliar USD
Cicilan utang + Bunga (>5 miliar USD)

Dengan 1 USD = Rp 12.000 (asumsi rata-rata) -
** Data Utang Indonesia per 31 Januari 2009. www.dmo.or.id

Tugas Perekonomian Indonesia Minggu Ke-12

Nama  : Rachmatia Yudha Ningsih
NPM   : 29210317
Kelas   : 1EB18

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN EKSPOR YANG DILAKUKAN PEMERINTAH UNTUK MENANGGULANGI KONDISI EKONOMI SAAT INI

Perekonomian yang terjadi saat ini mengacu pada perekonomian terbuka, dimana dalam kondisi ini setiap negara melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Tujuan dari suatu negara melakukan perdagangan internasionl adalah peningkatan welfare atau kemakmuran dari negara tersebut yang diindikasikan dengan meningkatnya GDP (Gross domestic Products), meningkatnya industrialisasi, kemajuan transportasi, dan usaha pengembangan kearah globalisasi.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah ekonomi saat ini ialah mendorong kegiatan ekspor. Kegiatan ekspor dapat mendatangkan untung yang cukup besar bagi negara, oleh karena itu pemerintah harus berusaha meningkatkan penghasilan penduduk dan meminta kreatifitas penduduk agar bisa memproduksi barang-barang untuk di ekspor ke luar negeri. Beberapa manfaat dari kegiatan ekspor, yaitu :
1.    Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.    Meningkatkan perekonomian rakyat.
3.    Mendorong berkembangnya kegiatan industri
4.    Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin besar. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.
5.    Menambah Devisa Negara
Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara.
6.    Memperluas Lapangan Kerja
Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.

Perkembangan Ekspor Indonesia
·    Nilai ekspor Indonesia September 2009 mencapai US$9,83 miliar atau mengalami penurunan sebesar 6,75 persen dibanding ekspor Agustus 2009. Sementara bila dibanding September 2008 mengalami penurunan sebesar 19,92 persen.
·     Ekspor nonmigas September 2009 mencapai US$8,13 miliar, turun 8,58 persen dibanding Agustus 2009 sedangkan dibanding ekspor September 2008 menurun 17,25 persen.
·     Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-September 2009 mencapai US$80,13 miliar atau menurun 25,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US$68,11 miliar atau menurun 18,21 persen.
·    Penurunan ekspor nonmigas terbesar September 2009 terjadi pada lemak & minyak hewan/nabati sebesar US$417,7 juta, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$207,5 juta.
·    Ekspor nonmigas ke Jepang September 2009 mencapai angka terbesar yaitu US$1,09 milyar, disusul Amerika Serikat US$850,4 juta dan Cina US$704,3 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 32,51 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa ( 27 negara ) sebesar US$1,11 miliar.
·    Menurut sektor, ekspor hasil industri periode Januari-September 2009 turun sebesar 25,46 persen dibanding periode yang sama tahun 2008, demikian juga ekspor hasil pertanian 10,72 persen, sebaliknya ekspor hasil tambang dan lainnya naik sebesar 25,46 persen