Kamis, 31 Maret 2011

Tugas Perekonomian Indonesia Minggu Ke-4

Nama : Rachmatia Yudha Ningsih
NPM : 29210317
Kelas : 1EB18


DATA PERTUMBUHAN EKONOMI PEMERINTAHAN BERJALAN DI BPS

PERTUMBUHAN STRUKTUR EKONOMI
Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, yang dapat didefisinikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling tekait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negri (ekspor dan inpor), AS ( produksi dan menggunakan faktor-faktor produksi yang diperlukan mendukung proses pembanggunan ekonomi yang berkelanjutan) ( chenery, 1979).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional agar tercapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan eknomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan juga besar, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat perkapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial (ADB, 2004).

PERTUMBUHAN EKONOMI SELAMA ORDE BARU SAMPAI SAAT INI
Selama tahun 1996-1997, pertumbuhan ekonomi relatif tinggi dengan ukuran pendapatan nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980-an sebesar US$ 500. Perumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970-an dan menurun 3-4% dalam tahun 1980-an. Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
a. Kondisi pasar internasional komoditi tersebut.
b. Harga komoditi tersebut.
c. Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis ekonomi 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang sepektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indicator ekonomi makro. Yang umum digunakan adalah tingkat PN perkapita dan laju pertumbuhan PDB pertahun. Pada tahun 1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60.
Namun, sejak PELITA I dimulai PN Indonesia perkapita mengalami peningkatan relatif tinggi setiap tahun dan pada akhir dekade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata pertahun juga tinggi 7-8% selama 1970-an dan turun ke 3-4% pertahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an, proses yang cukup serius, yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resensi ekonomi dunia pada dekade yang sama. Karena Indonesia sejak pemerintahan orde baru menganut sistem ekonomi terbuka, goncangan-goncangan eksternal seperti itu sangat terasa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain faktor harga, ekspor Indonesia, baik komoditas primer maupun barang-barang industri maju, seperti Jepang, AS, dan Eropa Barat yang merupahkan pasar penting ekspor Indonesia. Dampak negatif dari resensi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap perekonomian Indonesia terutama terasa dalam laju perumbuhan ekonomi selama 1982-1988 jauh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Karena pengalaman menujukan bahwa biasanya resensi ekonomi dunia lebih mengakibatkan permintaan dunia berkurang terhadap bahan-bahan baku (sebagian besar di ekspor oleh NSB) daripada permintaan terhadap barang-baraang konsumsi, seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan mobil (yang pada umumnya adalah ekspor Negara-negara maju).
Pada saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan PDB jatuh dratis hingga 13,1%. Namun, padatahun 1999 kembali positif walaupun kecil sekitar 0,8% dan tahun 2000 ekonomi Indonesia sampai mengalami laju pertumbuhan yang tinggi hampir mencapai 5%. Namun, tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali merosot hinngga 3.8% akibat gejolak politikyang sempat memanas kembali dan pada tahun 2007 laju pertumbuhan tercatat sedikit diatas 6%.
Antara tahun 1990 hingga setahun menjelang krisis ekonomi, ekonomi indonesia tumbuh rata-rata pertahun diatas 8%. Indonesia dihantam oleh krisis 1997/1998 dengan pertumbuhan negatif hingga 13,1%. Setahun setelah itu, ekonomi Indonesia mengalami pemulihan yang hanya 0,8%.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998 tercerminkan pada peningkatan PDB perkapita atas dasar harga berlaku tercatatsekitar 4,8 juta rupiah. Tahun 1999 naik menjadi 5,4 juta rupiah dan berlangsung sehingga mencapai sekitar 10,6 juta rupiah tahun 2004, perkapita Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1420 dalar AS.
Tahun 1998, sebagai akibat dari krisis ekonomi, semua komponen pengeluaran mengalami penurunan yang maengakibatkan kontraksi AD sekitar 13%. Komponen AD yang paling besar penurunannya selama 1998 adalah pembentukan modal bruto (investasi) yang merosot sekitar 33,01% dibandingkan kontraksi dari pengeluara konsumsi swasta (rumah tangga) sebesar 6,40% dan pengeluaran pemerintah sekitar 15,37%. Besarnya penurunan investasi tersebut juga kelihatan jelas dari penurunan persentasenya terhadap PDB pada tahun 2000 pertumbuhan investasi (tidak termasuk perubahan stok) sempat mencapai hampir 18%, namun setelah itu merosot terus hingga negative pada tahun 2002.

FAKTOR PENENTU PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang:
  • Kuantitas dan kualitas SDM
  • Kapital
  • Teknologi
  • Bahan Baku
  • Entrepreunership dll
Untuk pertumbuhan ekonomi jangka pendek :
Faktor Internal (Ekonomi dan non ekonomi)
  • Fundamental ekonomi yang buruk.
  • Kondisi sosial, politik, keamanan dalam negeri yang tidak kondusif bagi pemulihan ekonomi.
Faktor Eksternal
  • Kondisi perdagangan dan perekonomian internasional.
  • Pertumbuhan ekonomi kawasan.
Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, secara umum adalah :
1. Faktor produksi.
2. Faktor investasi.
3. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran.
4. Faktor kebijakan moneter dan inflasi.
5. Faktor keuangan negara.

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier.
Ada beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan struktur ekonomi antara lain :
• Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi.
• Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah.
• Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor dan komoditi unggulan.
• Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-menerus.
• Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
• Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi.
• Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan.
• Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor.

Rabu, 02 Maret 2011

Tugas Perekonomian Indonesia Minggu Ke-2 dan Ke-3

Nama : Rachmatia Yudha Ningsih
NPM : 29210317
Kelas : 1EB18


PEREKONOMIAN INDONESIA PADA PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU

Kebijakan pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah social.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.

Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

Bicara makro ekonomi, tentu kita ingin menjaga pertumbuhan kita. Pada tahun 2009 pertumbuhan Indonesia bisa mencapai 4-4,5%. Jika bisa kita capai, itu adalah pertumbuhan terbaik dalam arti konstraksi pertumbuhan dari tahun lalu ke tahun ini dan itu angka terbaik pada tingkat dunia. Meskipun kalau dari growth itu sendiri diperkirakan setelah Tiongkok, India baru Indonesia. Komponen pertumbuhan kita adalah konsmi yang sampai saat ini reletif terjaga.

Yang kedua adalah pembelanjaan pemerintah atau government spending. Kebijakan stimulus yang kita jalankan dengan pos-pos yang tepat juga mengalir dalam batas tertentu bisa mengurangi dampak krisis global itu. Kemudian ekspor semester pertama barangkali masih mengalami tekanan, harapan kita semester kedua bisa lebih meningkat lagi. Demikian juga investasi, investasi semester pertama mengalami tekanan hanya sekitar 3 sampai 4%, kita berharap semester kedua bisa naik kembali sehingga total dari pertumbuhan di akhir tahun 2009 ini, harapan kita sekali lagi mencapai 4 sampai 4,5% atau 4,3%.

Banyak kondisi yang kondusif untuk meningkatnya investasi, karena dengan inflasi yang terjaga, mudah-mudah tahun 2009 bisa mencapai sekitar 4%. Dengan inflasi seperti itu, suku bunga diharapkan turun, harapan kita menuju ke 6% pada akhir tahun ini. Dan dengan nilai tukar yang relatif stabil, maka 3 kondisi makro seperti itu memungkinkan investasi bisa tumbuh kembali.
Unsur kedua dari makro ekonomi adalah inflasi, yang pada tahun 2009 relatif terjaga, dan kita mengelola dengan sesungguh-sungguhnya, terutama barang-barang yang diperlukan oleh rakyat kita, bahan pokok misalnya.

Yang lain adalah pengangguran, pada pemerintah negara lain meledak angka penganggurannya ada yang 9%, 10% atau lebih dari itu termasuk negara-negara maju. Indonesia turun dari tahun lalu 9,3% menjadi 8,1%.

Tiga komponen itulah dari segi pertumbuhan, dari segi inflasi dan pengelolaan pengangguran atau penciptaan lapangan kerja yang menjadi domain dari makro ekonomi Indonesia. Kalau investasi bergerak, dan infrastruktur terus Indonesia kembangkan, semoga 5 tahun mendatang akan lebih besar lagi skala pengembangan infrastruktur, dengan multi years budgeting, lantas juga irigasi untuk pertanian juga demikian besar-besaran kita lakukan, kemudian kita carikan solusinya untuk energi, listrik, termasuk pupuk misalnya. Maka harapan kita makro ekonomi yang bagus dan terjaga ini lebih lagi meningkatkan ekonomi riil atau sektor riil di waktu yang akan datang.

APBN sendiri tentunya dengan time frame yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat, dengan pemilihan umum tahun 2009, 1 Oktober kalau tidak salah sudah akan bekerja anggota DPR RI yang baru, tentu sebelumnya sudah harus ada semacam millopen, transisi. Oleh karena itu, pembahasan RAPBN akan lebih cepat, dengan demikian, pada tingkat kami pemerintah akan ada percepatan sampai saya mengeluarkan ampres bagi pembahasan RAPBN itu.

Krisis perekonomian global, kemiskinan kita dari tahun lalu sekitar 35 juta menjadi 32,5 juta. Turun 2,5 juta. Solusinya ekonomi yang tumbuh, menciptakan lapangan pekerjaan, ada pekerjaan, ada income. Program-program pro rakyat akan terus kita jalankan, seperti beras untuk rakyat miskin, kemudian juga program-program bidang kesehatan, pendidikan dan lain-lain, yang akhirnya bisa mengurangi angka, penghasilan yang dibelanjakan atau spending rakyat. Saat ini waktu yang tepat untuk merumuskan lagi kebijakan subsidi secara menyeluruh. Semua sepakat bahwa subsidi yang salah sasaran akan dihentikan, tapi subsidi yang betul-betul memberikan proteksi pada rakyat miskin, agar mereka bisa lebih meningkat lagi kesejahteraannya tetap menjadi pilihan politik, menjadi salah satu politik fiskal yang kita anut.

http://nurudinhanif.wordpress.com/2010/10/03/sejarah-ekonomi-indonesia/
http://www.presidenri.go.id/index.php/pers/presiden/2009/07/09/437.html