Rabu, 02 Maret 2011

Tugas Perekonomian Indonesia Minggu Ke-2 dan Ke-3

Nama : Rachmatia Yudha Ningsih
NPM : 29210317
Kelas : 1EB18


PEREKONOMIAN INDONESIA PADA PEMERINTAHAN INDONESIA BERSATU

Kebijakan pertama presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah social.
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.

Menurut Keynes, investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salahsatunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.

Pada pertengahan bulan Oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret 2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.

Bicara makro ekonomi, tentu kita ingin menjaga pertumbuhan kita. Pada tahun 2009 pertumbuhan Indonesia bisa mencapai 4-4,5%. Jika bisa kita capai, itu adalah pertumbuhan terbaik dalam arti konstraksi pertumbuhan dari tahun lalu ke tahun ini dan itu angka terbaik pada tingkat dunia. Meskipun kalau dari growth itu sendiri diperkirakan setelah Tiongkok, India baru Indonesia. Komponen pertumbuhan kita adalah konsmi yang sampai saat ini reletif terjaga.

Yang kedua adalah pembelanjaan pemerintah atau government spending. Kebijakan stimulus yang kita jalankan dengan pos-pos yang tepat juga mengalir dalam batas tertentu bisa mengurangi dampak krisis global itu. Kemudian ekspor semester pertama barangkali masih mengalami tekanan, harapan kita semester kedua bisa lebih meningkat lagi. Demikian juga investasi, investasi semester pertama mengalami tekanan hanya sekitar 3 sampai 4%, kita berharap semester kedua bisa naik kembali sehingga total dari pertumbuhan di akhir tahun 2009 ini, harapan kita sekali lagi mencapai 4 sampai 4,5% atau 4,3%.

Banyak kondisi yang kondusif untuk meningkatnya investasi, karena dengan inflasi yang terjaga, mudah-mudah tahun 2009 bisa mencapai sekitar 4%. Dengan inflasi seperti itu, suku bunga diharapkan turun, harapan kita menuju ke 6% pada akhir tahun ini. Dan dengan nilai tukar yang relatif stabil, maka 3 kondisi makro seperti itu memungkinkan investasi bisa tumbuh kembali.
Unsur kedua dari makro ekonomi adalah inflasi, yang pada tahun 2009 relatif terjaga, dan kita mengelola dengan sesungguh-sungguhnya, terutama barang-barang yang diperlukan oleh rakyat kita, bahan pokok misalnya.

Yang lain adalah pengangguran, pada pemerintah negara lain meledak angka penganggurannya ada yang 9%, 10% atau lebih dari itu termasuk negara-negara maju. Indonesia turun dari tahun lalu 9,3% menjadi 8,1%.

Tiga komponen itulah dari segi pertumbuhan, dari segi inflasi dan pengelolaan pengangguran atau penciptaan lapangan kerja yang menjadi domain dari makro ekonomi Indonesia. Kalau investasi bergerak, dan infrastruktur terus Indonesia kembangkan, semoga 5 tahun mendatang akan lebih besar lagi skala pengembangan infrastruktur, dengan multi years budgeting, lantas juga irigasi untuk pertanian juga demikian besar-besaran kita lakukan, kemudian kita carikan solusinya untuk energi, listrik, termasuk pupuk misalnya. Maka harapan kita makro ekonomi yang bagus dan terjaga ini lebih lagi meningkatkan ekonomi riil atau sektor riil di waktu yang akan datang.

APBN sendiri tentunya dengan time frame yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat, dengan pemilihan umum tahun 2009, 1 Oktober kalau tidak salah sudah akan bekerja anggota DPR RI yang baru, tentu sebelumnya sudah harus ada semacam millopen, transisi. Oleh karena itu, pembahasan RAPBN akan lebih cepat, dengan demikian, pada tingkat kami pemerintah akan ada percepatan sampai saya mengeluarkan ampres bagi pembahasan RAPBN itu.

Krisis perekonomian global, kemiskinan kita dari tahun lalu sekitar 35 juta menjadi 32,5 juta. Turun 2,5 juta. Solusinya ekonomi yang tumbuh, menciptakan lapangan pekerjaan, ada pekerjaan, ada income. Program-program pro rakyat akan terus kita jalankan, seperti beras untuk rakyat miskin, kemudian juga program-program bidang kesehatan, pendidikan dan lain-lain, yang akhirnya bisa mengurangi angka, penghasilan yang dibelanjakan atau spending rakyat. Saat ini waktu yang tepat untuk merumuskan lagi kebijakan subsidi secara menyeluruh. Semua sepakat bahwa subsidi yang salah sasaran akan dihentikan, tapi subsidi yang betul-betul memberikan proteksi pada rakyat miskin, agar mereka bisa lebih meningkat lagi kesejahteraannya tetap menjadi pilihan politik, menjadi salah satu politik fiskal yang kita anut.

http://nurudinhanif.wordpress.com/2010/10/03/sejarah-ekonomi-indonesia/
http://www.presidenri.go.id/index.php/pers/presiden/2009/07/09/437.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar